CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

LITTLE RED STARS

Selasa, 15 Maret 2011

KISAH RABIAH ADAWIYAH PART I (AIR MATA SUFI)


Rabiah binti Ismail al-Adawiyah dilahirkan di Basrah sekitar tahun 95 H/713 M. Ia diberi nama Rabiah karena ia putri keempat dari 3 putri lainnya dalam keluarga. Ia berasal dari keluarga miskin. Bahkan pada waktu Rabiah dilahirkan, rumah tangga orang tuanya sedang mengalami krisis ekonomi hingga minyak lampu pun tidak dimilikinya. Ia lahir dalam suasana kehidupan yang penuh dengan berbagai fitnah, pemberontakan, kedzaliman penguasa dan kemewahan dinasti Umayyah. Rabiah kehilangan orang tuanya sejak ia masih kecil, Ia telah menjadi yatim piatu di masa ia membutuhkan kasih sayang orang tua. Ketiga saudara perempuannya mati karena wabah kelaparan yang melanda Basrah. Kemiskinan yang berkepanjangan itu membuat Rabiah menjadi hamba sahaya. Kehidupan hamba sahaya penuh dengan penderitaan yang silih berganti.

Kemampuan Rabiah menggunakan alat musik dan menyanyi dimanfaatkan oleh majikan yang rakus dengan harta dunia. Rabiah sadar benar terhadap dirinya sebagai hamba sahaya diperas sedemikian rupa oleh majikannya membuat ia selalu minta petunjuk dan bimbingan kepada Allah SWT, di pagi hari dan di malam hari serta tidak pernah lupa setiap waktu. Ia yakin benar bahwa pada suatu saat nanti waktu pertolongan Allah akan datang jua dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang berada dalam penderitaan dan memohon perlindungan, selalu mendekat kepada-Nya.

Dalam penderitaan yang sedemikian rupa ia terus mendekatkan diri kepada Allah, sampai suatu saat ia mendengar hatif, suara gaib yang menyatakan : "Jangan engkau bersedih hati, karena kelak di kemudian hari orang-orang shaleh akan cemburu melihat kedudukanmu."

Setiap hari terjadi perubahan dalam diri Rabiah, ia tidak menghiraukan sekelilingnya, meskipun tugas sehari-hari tetap dilaksanakan. Ia tidak lagi memperhatikan dunia. Perubahan itu mulai tercium oleh majikannya. Di waktu malam Rabiah shalat dan mendekatkan diri pada Allah, lalu ia berdoa : "Ya Rabbi, Engkau Maha Tahu bahwa aku sangat ingin selalu bersamaMu, hati nuraniku sangat ingin berbakti sekuat tenagaku untukMu, seandainya aku yang menentukan keadaanku maka sejenak pun aku tak ingin menghentikan baktiku padaMu. Tetapi Engkau telah menempatkan aku di bawah kemurahan hati orang lain."

Pada pagi harinya Rabiah dipanggil oleh majikannya dan berkata kepadanya : "Wahai Rabiah, aku telah memutuskan untuk memerdekakanmu sepenuhnya, seandainya engkau ingin menetap  tinggal di rumahku ini kami semua akan gembira dan menerima engkau sebagai orang yang bebas dan menerima semua fasilitas dari kami. Tetapi seandainya engkau berkeinginan untuk meninggalkan rumah ini maka kami mendoakan keselamatan bagimu dan segala permintaanmu itu akan kami kabulkan."

Sejak itu ia kembali ke desanya dan meninggalkan kelezatan dunia, kehidupan yang digelutinya adalah zuhud dan mengisinya dengan semata-mata beribadah kepada Allah yang menjadi tumpuan segala cintanya selama ini. Ia mengatakan : "Aku tinggal kan cintanya Laila dan Suda mengasing diri, dan kembali bersama rumahku yang pertama, dengan berbagai kerinduan menghimbauku, tempat-tempat kerinduan cinta abadi."

Suatu hari Rabiah mendapat kiriman uang 40 dinar dari sahabatnya ia menangis dan mengangkat tangannya ke atas langit : "Engkau tahu Ya Allah aku tak pernah meminta hartya dunia dariMu, meskipun Kaulah pencipta dunia ini. Lantas, bagaimana aku dapat menerima uang dari seseorang, sedangkan uang itu sesungguhnya bukan kepunyaannya."

Dalam doanya ia berkata : "Ya Rabbi... bila aku menyembahMu karena takut nerakaMu maka biarkanlah diriku di dalamnya. Bila aku menyembahmu karena berharap surga dariMu maka jauhilah aku dari sana. Namun jika aku menyembahMu hanya demi Engkau saja maka janganlah Engkau tutup keindahan abadiMu."

Orang-orang datang ke rumahnya untuk minta petuah-petuah dan pelajaran darinya atau sekedar silaturrahmi kepadanya. Tokoh-tokoh besar seperti Malik bin Dinar, Sufyan at-Tsauri datang kepadanya. Rabiah hadir pada zaman itu sebagai penyeimbang suasana kehidupan yang bergelimang dengan kekayaan harta benda, kecintaan terhadap dunia, kemewahan istana dan perkembangannya. Disitulah ia berdiri mengembangkan mahabbah (cinta) hanya pada Ilahi Rabbi.

Diceritakan bahwa ada 2 orang pencuri menunggunya selesai Shalat, setelah ia selesai shalat Rabiah mengajak mereka berdoa kepada Allah, akhirnya, merekapun berdoa dan menjadi muridnya. Ia meninggal pada tahun 185 H/801 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar